STAIN Parepare --- Menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi adalah sebuah kesempatan yang belum tentu dimiliki oleh setiap orang. N...
Wanita yang akrab disapa Dita ini, telah memiliki berbagai pengalaman dalam berbagai event baik yang berskala nasional maupun internasional. Diantaranya menjadi delegasi Young Writers Indo tahun 2015 di Jakarta, delegasi STAIN di temu Nasional Mahasiswa Perbankan Syariah tahun 2016 di UIN Maliki Malang, delegasi Indonesia Timur di acara YouthSpeak 2017 di Yogyakarta , dan baru-baru ini ia berhasil mewakili mahasiswa dari Indonesia timur yang dinyatakan lolos ikut dalam kegiatan Thailand Intercultural Camp (TIC) 2018.
[caption id="attachment_7302" align="alignnone" width="300"] Foto: Kunjungan ke Mahidol University College of Music[/caption]
Dalam ajang tersebut, diberi kesempatan untuk menginjakkan kaki di negara Thailand menjadikan mahasiswi yang hobbi membaca, menulis, menyanyi serta traveling ini merasa senang dan syukur berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung. “Pasti senanglah, diberi kesempatan dan didukung oleh banyak pihak sebagai representasi dari Indonesia khususnya Bugis dan bisa ikut di ajang ini. Bersyukur dan berterima kasih kepada semua pihak yang mendukung," ujarnya saat diwawancara via whatsapp (09/03).
[caption id="attachment_7296" align="alignnone" width="169"] Sign of Commitment di YouthSpeak 2017 dalam mendukung SDG's[/caption]
Berawal pada bulan Mei 2017, Primaditha mengikuti kegiatan YouthSpeak di Yogyakarta. Di sana, ia mendapatkan informasi tentang berbagai kegiatan short course dan exchange. Salah satunya, acara FFI-TIC (Friendship From Indonesia-Thailand Intercultural Camp). “Saya ikuti perkembangan kegiatan, mulai dari daftar secara online dan di sana minta beberapa berkas contohnya surat keterangan kuliah, piagam dan sertifikat dan essay tentang CCU (Cross Cultural Understanding) yang harus disertakan," jelas Primaditha. Usai memenuhi segala persyaratan yang dibutuhkan, Primaditha dinyatakan lolos pada tahap seleksi pertama. Primaditha pun harus mengikuti seleksi tahap kedua yakni wawancara. “Tahap kedua itu, wawancara ada 2 macam. Pertama , secara langsung untuk wilayah Jawa, Sumatera dan Bali. Kedua, Daring (online) via Skype atau video call via Whatsapp. Berhubung saya di Parepare dan tidak ada biaya ke lokasi jadi saya ambil daring via Skype," ungkap Primaditha.
[caption id="attachment_7295" align="alignnone" width="300"] Foto Primadita bersama Dr. Mustari ( Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Thailand)[/caption]
Melewati berbagai tahapan seleksi tidak menyurutkan keinginan akan melangkahkan kaki untuk menjelajah serta memperkaya pengalaman sampai ke luar negeri. Terlebih lagi, segala tahapan seleksi menggunakan bahasa Inggris (full use English language). “Semua seleksi dari awal pakai bahasa Inggris full. Jadi essay saya bikin juga pakai bahasa Inggris dan berkas-berkas saya terjemahkan ke bahasa Inggris," terang Primadita yang belajar bahasa Inggris secara otodidak.
[caption id="attachment_7297" align="alignnone" width="300"] Foto bersama rombongan peserta Thailand Intercultural Camp (TIC) 2018 di depan Kedubes Indonesia, Bangkok[/caption]
Berkesempatan mewakili Indonesia untuk memperkenalkan budaya Indonesia dan mengikuti bebagai pembelajaran serta komitmen untuk menjadi agen pemahaman antar budaya agar terciptanya perdamaian dunia khususnya wilayah ASEAN. Primadita yang lahir di Parepare pada 10 Mei tahun 1997 menjelaskan beberapa kegiatan yang diikuti. “Di sana, banyak sekali kegiatannya. Pertama, City Race semacam menjelajah kota dan membuat makalah presentation tentang apa saja yang didapat selama menjelajah kota seperti di ibu kota Bangkok, kota Lady Boy (Pattaya), Phuket (pariwisata pantai). Kedua, Art Performance semacam menampilkan budaya khas Indonesia di depan mahasiswa Thailand dan peserta dari Negara lain. Ketiga, Youth Symposium dilakukan di kedutaan besar RI di Bangkok. Keempat, Cultural Visit di Ayyuttaya dan Chiang Ria (kota candid an wisata). Kelima, kunjungan ke universitas, salah satunya adalah Mahidol University, College of Music serta berbagai seminar yang dibawakan oleh orang Thailand yang jadi dosen bahasa Indonesia, seminar oleh pengajar seni budaya di Thailand dan seminar yang dibawakan oleh departments pariwisata Thailand," jelas Primaditha dengan segudang pengalaman yang berharga.
[caption id="attachment_7298" align="alignnone" width="248"] Kegiatan berlangsung mulai 12 s/d 18 Februari 2018[/caption]
Sebagai mahasiswa salah satu penerima beasiswa bidikmisi STAIN Parepare ini mengaku menjadikan orangtua sebagai motivator hidupnya. Ayahnya bernama Arimi L seorang petani dan ibunya Jubaeda Alex (URT) berniat untuk selalu menjadi anak yang membanggakan bagi kedua orangtuanya. “Motivatorku yah orangtuaku. Apalagi saya dari keluarga yang tidak mampu dan penerima bidikmisi. Jadi yang memotivasi itu orangtuaku, supaya bisa banggakan mereka," ungkapnya. Ke depannya, Primadita berharap agar bisa lolos dalam seleksi YSEALI (Young Southeast Asian Leaders Initiative program) agar bisa mendapatkan kesempatan kuliah di luar negeri.
“Kesempatan itu kata kerja, bukan kata benda. Jadi kalau tidak dicari, diambil dan manfaatkan kesempatan berarti tidak akan bergerak ke mana-mana” - Primaditha Nanda Ayurida-
Pencapaian Primaditha Nanda Ayurida
- Mahasiswa Teladan jurusan Syariah dan Ekonomi Islam 2016
- Mahasiswa Inspiratif jurusan Syariah dan Ekonomi Islam 2017
- Delegasi Young Writers Indo 2015 di Jakarta
- Delegasi STAIN di Temu Nasional Mahasiswa Perbankan Syariah di UIN Maliki Malang 2016
- Pengajar Bahasa Inggris di salah satu lembaga kursus yang ada di kota Parepare tahun 2016-2017
- Delegasi Indonesia Timur, YouthSpeak 2017 Jogjakarta
- Delegasi Thailand Intercultural Camp 2018
Aktif di Organisasi:
- Dewan Anak Kota Parepare
- Young Writers Indonesia
[caption id="attachment_7300" align="alignnone" width="300"] Ikut Festival Sastra di UGM[/caption]
Tidak ada komentar